penagenic.blogspot.com
PenaGenic: Luka Abadi yang Karam di Laut Puisi
http://penagenic.blogspot.com/2014/04/luka-abadi-yang-karam-di-laut-puisi.html
Ruang bunuh diri untuk kata-kata yang kebal senjata. Luka Abadi yang Karam di Laut Puisi. Tiba-tiba aku ingin menebak. Berapa banyak hangat genggaman. Yang kutebar di pergelangan tanganmu. Sebelum kau tersakiti, sebelum kau berlari pergi. Aku pernah melupakan lapar hanya karena ingin mendengar kenyangmu. Aku sempat mengabaikan hangat hanya karena menolak mendengar gigilmu. Namun kau menyukai tajam,. Lalu mendorongnya lembut,. Mengarahkan ke seluruh denyutku. Agar menyebar ke seluruh memar. Isna - @is nna.
penagenic.blogspot.com
PenaGenic: Juli 2014
http://penagenic.blogspot.com/2014_07_01_archive.html
Ruang bunuh diri untuk kata-kata yang kebal senjata. Senja yang Lupa Kutulis. Sore ini, sekeping kegagalan telah tersaji pekat di atas meja pertengkaran. Dimasak di sebuah dapur yang menyeruakkan wangi bunga-bunga setelah kau mengenal dia. Petir di luar menyerupai suara tawa mereka yang di depannya dulu, aku pernah membanggakanmu. Sepertinya kita butuh senja lain untuk mengumpulkan percakapan. Semoga tulisan ini tak hanya berupa angin, yang membawa kabut senyummu menuju bening laut air mataku. Berbah...
penagenic.blogspot.com
PenaGenic: Juli 2013
http://penagenic.blogspot.com/2013_07_01_archive.html
Ruang bunuh diri untuk kata-kata yang kebal senjata. Akrostik Menuju Kota Kekasih. Usta sederhana ini disediakan oleh punggungku. Bergoyang mengambang menampung purnama baru. Dipaku janji keramat untuk mengantar tubuhmu sebelum takbir. Memboyong benih puisi yang akan tertanam sebagai anyelir. Nang senyummu bersiul menidurkan gelombang. Kecipak jemari mencubit air menyerupai suara ciuman. Serak kidung pertemuan mengalun. Mengubur kata sudah untuk cinta yang dimakamkan tanpa bunga kabung. Warna langit mula...
penagenic.blogspot.com
PenaGenic: April 2014
http://penagenic.blogspot.com/2014_04_01_archive.html
Ruang bunuh diri untuk kata-kata yang kebal senjata. Empat Pertanyaan Menjelang Pukul Empat Pagi. 8226; Selain penyesalan, apa lagi perihal yang menakutkan? 8226; Jika tak ada puisi, dengan cara apa aku bisa menyembunyikan tangis? 8226; Apa yang bisa kulakukan jika masa muda Griselda Blanco ingin sekali menikahiku? 8226; Apa jadinya jika semua orang yang kusayangi berubah menjadi gantungan kunci? 160; Lanjutkan Bacanya. Kirimkan Ini lewat Email. Luka Abadi yang Karam di Laut Puisi. Lalu membiarkan perih ...
penagenic.blogspot.com
PenaGenic: Isi Kepalamu
http://penagenic.blogspot.com/2014/12/isi-kepalamu.html
Ruang bunuh diri untuk kata-kata yang kebal senjata. Kepalamu seperti laci pribadiku. Berisi arloji, kartu memori yang tak kupakai lagi, juga gunting kuku; yang hanya kugunakan sekali dalam seminggu. Kepalamu layaknya gayung di kamar mandi. Suka bergoyang dan berputar-putar, ketika dialiri air dari keran. Kepalamu serupa warna cat rumah tetangga sebelah. Selalu diganti sesuai selera setiap tahunnya. Kepalamu seperti baju buruh pabrik yang susah dicuci. Kepalamu layaknya kipas angin di warung kopi. Kita t...
penagenic.blogspot.com
PenaGenic: Oktober 2013
http://penagenic.blogspot.com/2013_10_01_archive.html
Ruang bunuh diri untuk kata-kata yang kebal senjata. Cinta Kita Tak Membenci Jarak. Akhirnya rindu merayuku untuk menuliskan sebuah pulang,. Tentang sebuah pintu yang sengaja kau buka hingga lupa kau tutupkan. Ini adalah senja pertama,. Di mana aku duduk berhadapan dengan rindu yang merajalela. Nadi ini, masih saja detak pada puisi. Satuan jarak yang mendidihkan kata,. Namun kita masih saling panggil dalam bahasa. Menjadi barangkali yang belum tentu diamini. Hingga malam ke seratus,. Meski di benakku, du...
penagenic.blogspot.com
PenaGenic: Juni 2013
http://penagenic.blogspot.com/2013_06_01_archive.html
Ruang bunuh diri untuk kata-kata yang kebal senjata. Senja meledak di kelamin cakrawala,. Menafkahi gelisah penyair-penyair muda. Dengan rindu yang lebih anyir dari darah Punisia. Ulu hatiku mendidih,. Lidahku mendapat izin menamai sore itu dengan sebutan Laknat. Pada langkah pergi yang telah mengotori jejakmu,. Sepiku lupa cara mengucap caci maki yang baik. Menyangkarkan dendam untuk air mata yang asin,. Mengalir dari mata berkarat yang tertusuk lidi-lidi buatanku sendiri. Hingga sampai di telinga,.
penagenic.blogspot.com
PenaGenic: Februari 2014
http://penagenic.blogspot.com/2014_02_01_archive.html
Ruang bunuh diri untuk kata-kata yang kebal senjata. Suara hujan tak lagi senada. Aku berkemas ketika jarum detik masih berputar setengah lingkaran. Mengelabuhi sisa gema langkahmu yang meneruskan suara bantingan pintu. Subuh merapat, menggaungkan khusyuk suara adzan yang semakit dekat. Di sini, aku duduk berhadapan dengan halaman yang pernah kau sakiti. Jejakmu pernah menginjak segala yang tak tampak,. Mengundurkan diri meski tak ada yang menginginkan engkau pergi. Kamu sudah terlambat, kata waktu.
penagenic.blogspot.com
PenaGenic: Mei 2013
http://penagenic.blogspot.com/2013_05_01_archive.html
Ruang bunuh diri untuk kata-kata yang kebal senjata. Dua Lelaki dan Puisinya. Kolaborasi puisi oleh @penagenic. Pada kemarau ini, bulan masih mengantongi satu musim lagi. Iringan Nebula, beranjak dari ufuk dengan irama. Gerak anyelir mengobarkan angin, membentur ingatan yang retak. Tandangkan nyiur kecupan pujangga kecil di bawah pohon Oak. Mendaras tangis bagi isyarat hujan yang tak membasahi apa-apa. Guratan tintanya, ia mundurkan usia. Mengeruhkan airmata yang lebih gelap dari susunan luka. Tetaplah m...