yahoo-sastraku.blogspot.com
Seruling Jiwa (Hafney Maulana): KITA BUKANLAH PINTU
http://yahoo-sastraku.blogspot.com/2011/05/kita-bukanlah-pintu.html
Seruling Jiwa (Hafney Maulana). Setitik Tinta, Selaut Bahasa. Sabtu, 14 Mei 2011. Kita bukanlah pintu yang dibuka bila pagi tiba. Bukan pula pintu yang ditutup bila senja menyapa. Maka biarkanlah risalah mendedah sandiwara sekeping luka. Yang memecah aksara rindu i’tikaf bisu. Atau gelombang perih. Menghempas tangis yang tak mungkin terkoyak dengan airmata. Lalu apalagi yang hendak dilakonkan. Sejarah telah jadi keluh. Mewartakan lukisan yang menggelepar. Telah jadi sempadan malam yang sepi. Puisi: Hafne...
yahoo-sastraku.blogspot.com
Seruling Jiwa (Hafney Maulana): Cerpen
http://yahoo-sastraku.blogspot.com/p/cerpen.html
Seruling Jiwa (Hafney Maulana). Setitik Tinta, Selaut Bahasa. Kirimkan Ini lewat Email. Idrus Tintin (Seniman Pemangku Negeri). 1932-2003) Hidupnya adalah Teater dan Puisi. Telah kita ucapkan janji dalam ijab kabul sebagai pengayuh biduk nasib dari benih kemerlip bintang, sepanjang pelayaran penuh gelombang. . PUISI, WALAU PUN PELIK TAPI BERMAKNA. Oleh: Hafney Maulana Sudah banyak tulisan dan pembicaraan tentang puisi. Memang puisi adalah suatu yang menarik untuk dibicarakan, kare. Kita bukanlah pintu ya...
yahoo-sastraku.blogspot.com
Seruling Jiwa (Hafney Maulana): Titik Nol
http://yahoo-sastraku.blogspot.com/2011/05/titik-nol.html
Seruling Jiwa (Hafney Maulana). Setitik Tinta, Selaut Bahasa. Minggu, 22 Mei 2011. Masa lalu, masa kini. Dalam diri. Dalam mimpimu. Pisau semakin risau. Lalu: kau pilih jalan malam. Air mata tempat mengakarkan derita. Mengipas perjalanan panjang. Hingga terjaga. Sebelum melangkah dalam pelayaran. Mimpimu. Kau simpan dalam sobekan bulan. Katamu, rumah kita kebanjiran. Lalu merasa ada mimpi di terali. Mengibaskan tissu. Angin pun mengigau. Menyanyikan luka lama. Berdarah. Aku bersaksi: aku dan kau ada!
yahoo-sastraku.blogspot.com
Seruling Jiwa (Hafney Maulana): BIARKAN AKU MENZIARAHI KUBUR HATIMU
http://yahoo-sastraku.blogspot.com/2011/05/biarkan-aku-menziarahi-kubur-hatimu.html
Seruling Jiwa (Hafney Maulana). Setitik Tinta, Selaut Bahasa. Jumat, 27 Mei 2011. BIARKAN AKU MENZIARAHI KUBUR HATIMU. Sekuntum mawar yang kau berikan padaku kutanamkan, kini mekarnya semekar senyummu. Maka biarkanlah aku menziarahi kubur hatimu yang kau makamkan tanpa batu nisan. Kita bukan lagi sejarah yang menceritakan kepedihan sekapal rindu dan selaut tangis yang berlompatan pada kelopak danaumu. Sastra Mandiri, Tembilahan; 22/09/10. Kirimkan Ini lewat Email. Langganan: Poskan Komentar (Atom). Puisi...
yahoo-sastraku.blogspot.com
Seruling Jiwa (Hafney Maulana): ENGKAU YANG MENANTI 2
http://yahoo-sastraku.blogspot.com/2011/05/engkau-yang-menanti-2.html
Seruling Jiwa (Hafney Maulana). Setitik Tinta, Selaut Bahasa. Rabu, 25 Mei 2011. ENGKAU YANG MENANTI 2. Di dermaga sepi yang usang. Menyelam ke ceruk kelam. Air surut dan air pasang. Lalu di mana lambai gelombang. Angin selatan bertiup terbang. Sastra mandiri, tbh: 26-7-2010. Kirimkan Ini lewat Email. Langganan: Poskan Komentar (Atom). Idrus Tintin (Seniman Pemangku Negeri). 1932-2003) Hidupnya adalah Teater dan Puisi. PUISI, WALAU PUN PELIK TAPI BERMAKNA. Sebagai Mentari Apabila Senja. Setelah tikam....
yahoo-sastraku.blogspot.com
Seruling Jiwa (Hafney Maulana): November 2010
http://yahoo-sastraku.blogspot.com/2010_11_01_archive.html
Seruling Jiwa (Hafney Maulana). Setitik Tinta, Selaut Bahasa. Minggu, 14 November 2010. Jejak yang kau tinggalkan di pasir pantai. Telah hapus diterpa gelombang pasang. Tempat anak anakmu kejar kejaran. Dengan kelender yang berguguran. 8220;Dimana rumah kita? Begitulah waktu berubah dari satu wajah ke wajah lain. Lalu kenapa kau masih ragu? Lihatlah bayangmu di balik embun. Tersenyum mengagumi jatuhnya hujan. Pada rindumu yang kedinginan. 8220;Lalu kenapa wajah kita begitu absurd? Lalu kau pun berlari.
yahoo-sastraku.blogspot.com
Seruling Jiwa (Hafney Maulana): Sebagai Mentari Apabila Senja
http://yahoo-sastraku.blogspot.com/2011/05/sebagai-mentari-apabila-senja.html
Seruling Jiwa (Hafney Maulana). Setitik Tinta, Selaut Bahasa. Selasa, 10 Mei 2011. Sebagai Mentari Apabila Senja. Sebagai mentari apabila senja. Engkau tidak diam terkurung dalam banyangan. Oleh nostalgia yang membebaskan diri dari penderitaan cinta. Lalu apakah cinta terbunuh oleh api yang membakar dirimu? Tak ada jarak yang menghentikan engkau. Seperti tangan yang bersilangan. Menemukan cahaya dari sumber cahaya. Yang sepanjang masa membiaskan kerinduan. Karena air mata hanyalah lonceng. Selamat Datang...
yahoo-sastraku.blogspot.com
Seruling Jiwa (Hafney Maulana): Biodata
http://yahoo-sastraku.blogspot.com/p/profil.html
Seruling Jiwa (Hafney Maulana). Setitik Tinta, Selaut Bahasa. Gerak Gemilang I tahun 2005 dan Gerak Gemilang II tahun 2006 di Tembilahan, Pertemuan Sastrawan Nusantara di Kedah Malaysia tahun 2007 dan lain-lain. Kumpulan Puisi tunggalnya terkumpul dalam: Usia Yang Tertinggal (Batam Grafiti, 1996), Jajak-Jejak Waktu (Dokumentasi Sastra Mandiri, 2005), Mengutip Makna Tamasya Purba (KBP, 2005). Sehari-hari berkerja sebagai PNS (Guru) di Kementerian Agama Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, Indonesia. Selamat D...
yahoo-sastraku.blogspot.com
Seruling Jiwa (Hafney Maulana): Ijab Kabul Pengantin
http://yahoo-sastraku.blogspot.com/2010/11/ijab-kabul-pengantin.html
Seruling Jiwa (Hafney Maulana). Setitik Tinta, Selaut Bahasa. Sabtu, 06 November 2010. Telah kita ucapkan janji dalam ijab kabul sebagai pengayuh biduk nasib. Dari benih kemerlip bintang, sepanjang pelayaran penuh gelombang. Telah kita ucapkan janji dalam ijab kabul yang kau rajut dari sambungan rambutmu dan rambutku, sepanjang pagi sepanjang malam. Telah kita ucapkan janji dalam ijab kabul ketika seekor kupu-kupu. Menyelinap di bantal mimpimu semalam. Kirimkan Ini lewat Email. 6 November 2010 18.34.
yahoo-sastraku.blogspot.com
Seruling Jiwa (Hafney Maulana): Setitik Tinta selaut Bahasa
http://yahoo-sastraku.blogspot.com/2010/07/setitik-tinta-selaut-bahasa.html
Seruling Jiwa (Hafney Maulana). Setitik Tinta, Selaut Bahasa. Selasa, 13 Juli 2010. Setitik Tinta selaut Bahasa. Manusia lahir, bukan untuk jadi seniman. Manusia lahir untuk jadi manusia'. Takkan sampai sebatas allah. Dulu pernah kuminta tuhan. Mungkin matiku bagai batu tamat bagai pasir tamat. Jiwa membumbung dalam baris sajak. Tujuh puncak membilang bilang. Nyeri hari mengucap ucap. Di butir pasir kutulis rindu rindu. Walau huruf habislah sudah. Alifbataku belum sebatas allah. Aku tak bisa melihat.