agungyudha.blogspot.com
[ Dunia di Musim Hati ] :: sajak-sajak Agung Yudha
http://agungyudha.blogspot.com/2003_06_01_archive.html
Aku dan Arwan Maulana. Bagai berudu dan mina bergelimpang sawah ladang. Liatan tanah merah di tangan dan dada, Aku dan Arwan Maulana. Sebotol minuman keras, kadang bergelasgelas kopi hitam panas. Kami adalah dua lelana, geming gamang di sudut-sudut kembara. Kami jelajahi gua-gua Sembadra wiwaha. Mencari belas masa meski sekedar remahan ramah. Kami sebarkan rona kisah temaram semesta. Sepanjang jalan setapak tanjakan turunan gunung lembah. Dalam sumir kabut, tabir mangsa ketiga. Aku dan Arwan Maulana.
agungyudha.blogspot.com
[ Dunia di Musim Hati ] :: sajak-sajak Agung Yudha
http://agungyudha.blogspot.com/2003_03_01_archive.html
Saat Gerimis Dini Hari. Kembang kempis alam mimipi buruk. Berlalu bersama angin pagi. Halau bau busuk bangkai tikus setengah mati. Pangkas rerumputan yang melutut. Pagi ini bumi menengadah lagi. Menatap langit-langit abu pasi. Dan lebam tetes hujan tadi malam. Seriak turun basahi tubuh. Haus akan dingin gunung dan ramai pasar. Lapar kepul rokok dan harum kopi. Kemang, 28.03.03]. Tapi tak mestinya hujan. Kelam semalaman, basah secipratan. Contempo, 25.03.03]. 1001 malam - revisited. Dan tangkup roti tawar.
agungyudha.blogspot.com
[ Dunia di Musim Hati ] :: sajak-sajak Agung Yudha
http://agungyudha.blogspot.com/2003_08_01_archive.html
Malam tengah menghitung nafas yang tersisa,. Aku jatuh pada rotasi waktu. Hadirnya yang mengajakku menilik maya kala sebelum masa. Memilin jalinan kisah-kisah yang masih bertebaran tak genah. Aku terbang di ambang peraduan,. Berputar tembusi bayang gambar yang tak lagi berbingkai. Bagai gurinda menggerus peradaban langit dan bumi,. Makin lama makin lebar dan dalam. Tak satu pun sempat cerna cahar dalam pola abstrak di pikirku. Kala malam meregang petang. Lorong itu sunyi meski ramai. Saat dari balik pagar.
agungyudha.blogspot.com
[ Dunia di Musim Hati ] :: sajak-sajak Agung Yudha
http://agungyudha.blogspot.com/2003_12_01_archive.html
Antarkan aku ke jalan ungu mimpi kupu. Meniti jembatan maya melintang air semu sungai rindu. Siluet meremang rinding diterpa cahaya lampion kaca. Di setiap tiang sangganya. Menyaksi bulan bujang merajang kota dalam himpit malam. Sampai retak rasa menyerpih di buaian. Tenggelam dalam lamun jingkat waktu. Menyapih jerih melepa nelangsa. Lewati titik-titik embun keruh yang rontok bersama gemuruh. Cipanas-Jakarta pp, 15.12.2003]. Lewati prisma kaca kristal lalu memutih. Sebelum jadikan matamu kawah. Puisi de...
agungyudha.blogspot.com
[ Dunia di Musim Hati ] :: sajak-sajak Agung Yudha
http://agungyudha.blogspot.com/2003_01_01_archive.html
Pada Suatu Senja di Pelataran Kota. Secangkir kopi pahit,. Di seberang stasiun tua. Bersama hamparan batu kali. Sebotol bir dingin,. Bersama merpati dan burung gereja. Di teras Southbank dan Bourke Plaza. Bersama siang di dua malam kehampaan? Di atas atap memandang belantara merah jingga? Secangkir kopi pahit,. Sebotol bir dingin,. Mengabut, dihembus dingin angin kutub. Mengabut, diasapi gersangnya hari. Melbourne, 20.01.2003]. Dan indah wajah malam. Menyapa raup air di muka. Sepi kanan-kiri tak rasa.
agungyudha.blogspot.com
[ Dunia di Musim Hati ] :: sajak-sajak Agung Yudha
http://agungyudha.blogspot.com/2002_12_01_archive.html
Dan tidur-tiduran di kamar. Asal bukan kamar mayat. Ada petani dan istrinya. Ada kerbau dan bajak. Ada bibit dan pupuk. Ada hama dan pestisida. Ada hujan dan sungai. Dimana sawah dan ladang? Karna yang sebelah lagi. Karna yang sebelah lagi. Ada Sepi di sini. Ada sepi di jalan ini. Ada Sepi di langit ini. Ada sepi di hati ini. Bulaksumur, 20.08.1993]. Ucap sepatah kata pun. Pandangku memuruk di kaki langit. Tak ada rintik hujan. Tenggorokanku tak lagi kering. Walau yang benar-benar patah. Puisi demi puisi...
agungyudha.blogspot.com
[ Dunia di Musim Hati ] :: sajak-sajak Agung Yudha
http://agungyudha.blogspot.com/2004_02_01_archive.html
Angin dingin laknat antarkan kristal beku. Dan colek ujung tulang dagu. Ciptakan stalaktit garam salju di situ. Lagi aku diganggu rindu tentang lagumu mendayu. Iringi langkah kecilku susuri lelorong. Berpagar jendela berlampu merah muda. Tak ada teman berbagi bir dingin dan kopi. Kecuali merpati dan burung bangau. Pohon bersarung pupus beludru. Dan gedung pendiam bernama batu. Scheveningen, 21.02.2004]. Dewa bayu titip salam rindu. Puisi demi puisi berjalan bersama waktu. Kuning-hijau-biru-ungu berbu...
agungyudha.blogspot.com
[ Dunia di Musim Hati ] :: sajak-sajak Agung Yudha
http://agungyudha.blogspot.com/2003_10_01_archive.html
Pada Bara Yang Terlerai. Dengan surjan biru terang gerlap. Jarik batik pedang dan bunga. Juga dongak dihadap cermin tua. Kasur kapuk ranjang jati yang kau goyang. Dan tidur lelap yang kau gugah. Dengan cahaya mata dan wajahmu. Tidak punya makna kecuali tua. Seperti bincang dan tukar tawa kita. Kau dan aku malam itu berubah rupa. Jadi hantu dan dupa. Rajahan di sekujur punggung. Dan ukiran serat pisau kayu. Tebarkan banyak cerita tak tersampaikan. Melesat dari satu pilar ke pilar lain. Jakarta, Juni 2002].
agungyudha.blogspot.com
[ Dunia di Musim Hati ] :: sajak-sajak Agung Yudha
http://agungyudha.blogspot.com/2003_02_01_archive.html
Selamat Siang, Hujan! Kembali kulihat seringai sinis. Pada tetes-tetes airmu jatuh. Kembali tertegun aku pada kenangan. Menteng, 13.02.2003]. Jakarta, Juni 2002]. Lahir di Bandung bulan Juli 1976. Selain menulis sajak dan prosa, juga menulis untuk jurnal dan surat kabar serta menjadi periset dan editor lepas. Sajak-sajaknya dimuat antara lain dalam antologi puisi Dian Sastro for President. AKY-Bentang, 2002), Dian Sastro for President #2: Reloaded. Beberapa karya foto bisa dilihat di situs DeviantArt.